Hah! Sejak Kapan NFT Menjanjikan? Wawancara Tertulis Dengan Bagus BXKR

Alfarizi Andrianaldi
10 min readFeb 23, 2024

--

Non-fungible (NFT) begitu booming di kala pandemi Covid-19 melanda masyarakat dunia. Keterbatasan melakukan pekerjaan rumah — termasuk pekerjaan seni menjadi hal yang utama timbulnya NFT art itu sendiri. Kegiatan jual-beli karya yang biasanya dilakukan secara tatap muka kini beralih ke digital. Aku pribadi sempat berkecimpung di dunia NFT ini dan pada masa itu — tergolong produktif untuk melakukan produksi, jual-beli, promosi, dan lain sebagainya. Pada saat itu, notabene-nya NFT menjadi ladang penghasil cuan yang sangat menguntungkan bagi para seniman — terutama ilustrator. Namun, seiring berjalannya waktu, NFT mengalami kemajuan yang cukup pesat, ditandai dengan kehadirannya karya Ghozali — yang dilirik oleh para selebriti. Karena hal tersebut, masyarakat mulai mengikuti jejak si Ghozali ini — dengan hanya bermodalkan FOMO saja. Oleh hal tersebut, NFT yang awalnya segelintir seniman saja yang mengerjakannya — kini menjadi produk mainstream — tidak lagi eksklusif.

Melihat fenomena tersebut, aku sendiri merasa bahwa — jika dilihat dari sudut pandang bisnis — NFT tidak lagi menjanjikan. Untuk menkonfirmasi pernyataan tersebut — aku mencoba untuk mewawancarai salah satu seniman NFT Riau, yaitu bang Bagus BXKR @Bxkr.io — yang sampai saat ini masih konsisten berkarya di skena NFT ini. Ia menjual karyanya di berbagai platform NFT, seperti : Solana, OpenSea, dan lain sebagainya. Berikut sepenggal wawancaraku dengan beliau. Selamat membaca!

****************************************************************************

A: Halo bang! Langsung saja ya, untuk di awal ini aku nggak akan meminta abang untuk menjelaskan apa itu NFT. Aku yakin orang-orang sudah pada tahu. Haha. Jadi, gimana NFT hari ini bang? Apakah masih menjanjikan?

B : Ahaha oke siap! NFT hari ini dibilang ramai nggak juga, dibilang sepi kali juga nggak. Tapi transaksinya lebih baik karena pasar crypto lagi bullshit atau trendnya lagi positif. Kalau dibilang menjanjikan, ini tergantung dari sudut pandang aja. Kalau kita mencari interaksi untuk branding diri kita, jawabannya menjanjikan. Tapi, kalau dilihat dari sudut pandang profit berupa uang, untuk aku pribadi sendiri rasanya masih kurang.

A : Seniman-seniman yang dulunya giat ber-NFT sekarang juga pada menghilang. Berarti mereka akan tahu bahwa pasar ini sebenarnya bullshit? Yang pada suatu waktu akan mengalami kemunduran — dalam artian, tidak lagi menjanjikan? Tapi, abang sendiri masih bertahan di sini, mungkin abang melihat semua ini dari sudut pandang pengkaryaannya ya? Interaksi ya? Apasih yang menarik dari interaksi tersebut?

B : Untuk beberapa seniman memang sudah meninggalkan NFT, bisa jadi memang karena mereka merasa pekerjaan ini kurang menjanjikan atau beberapa lagi sudah sibuk dengan proyek atau pekerjaan seni mereka di dunia nyata. Kalau dibilang tidak menjanjikan, NFT yang ibunya adalah Crypto yang sifatnya akan selalu naik turun rasanya kurang aku sependapat dengan pernyataan kamu tadi. Kalau dibilang tidak menjanjikan, pasti akan selalu ada peluang. Tapi, sekarang orang semakin selektif untuk memilih/mengkoleksi sebuah karya seni dari seorang seniman/developer. Sebenarnya kalau dibilang menjanjikan, untuk segi artist bisa saja menjanjikan. Tetapi, membangun portofolio dari awal dan interaksi terus-menerus dengan kolektor supaya kita terpandang lagi, itu yang repot. Kalau kita udah dapat spotlight, nah! Nanti pasti ada saja hal hal yang menguntungkan buat kita. Alasan BXKR masih bertahan sebenarnya karena keadaan itu juga sih. Karena kerjaan di dunia nyata udah pada beres dan hasilnya juga ya biasa-biasa saja. Makanya, nyoba cari peluang di pasar crypto yang trend-nya mulai baik lagi. Tentu ada yang di incar selain NFT, yaitu airdrop. Ada istilah eligible untuk orang-orang yang terjun di dunia Web3, yaitu; trader crypto, investor crypto, investor NFT, trader NFT, seniman NFT, kurator, dan developer. Semua orang yang secara konsisten berada di Web3. Nah orang-orang ini tadi ada chance besar untuk mendapatkan airdrop dari projek-projek crypto yang baru. Selain itu kalau misalnya interaksi tadi menghasilkan banyak followers dan akhirnya nanti audience-nya menjadi besar, kesempatan kita untuk diajak kolaborasi dalam projek apapun itu jadi lebih besar juga. Pertemanan juga hal yang menyenangkan sih!

A: Nah, aku jadi penasaran dengan airdrop. Ada beberapa kawanku yang bermain di airdrop ini. Tapi itu nanti saja dulu. Setelah dilihat dari mulanya — di mana orang-orang pada membeli NFT karena dirasa menguntungkan — mungkin tidak akan terjadi lagi saat sekarang ini ya bang? Soalnya budaya jual-belinya sudah berubah? Aku melihat, budaya NFT sekarang sudah menjadi kebudayaan crypto yang sesungguhnya — masyarakatnya sudah pada tersaring. Wah, mungkin awalnya aku rasa keuntungannya cuma sekedar crypto yang ditukar jadi rupiah, tapi sekarang sudah jauh dari pada itu.

B : Iya budaya jual-belinya udah nggak sama kayak dulu. Dulu, orang beli NFT karena terlalu FOMO dan nggak terlalu mengerti sama seni NFT dan senimannya. Kalau sekarang, memang masih ada yang FOMO, tapi lagi-lagi orangnya jadi lebih selektif. Banyak juga NFT yang memang mewujudkan utility atau kegunaan yang ditawarkannya. Beberapa NFT juga ada yang dapat predikat bluechip. Misal, ada NFT yang harganya mahal, terus pas crypto trendnya lagi turun dia jadi murah, tapi setelah trend-nya naik lagi, NFT tadi bahkan melebihi harga awalnya. Memang semuanya lagi-lagi karena dukungan komunitas yang kuat, antara; Investor, seniman, developer, dan user. Cuma beberapa memang ada yg mengincar exit liquidity, artinya nggak mau lama-lama juga di pasar NFT ini secara keseluruhan. Tapi balek lagi kalau ada yang out ada juga yang in, cuma beda tempat aja. NFT ini kompleks kali kalau sekarang, bahkan beberapa proyek ada yang bisa makai NFT sebagai jaminan buat meminjam aset crypto, wkwkwk. NFT udah makin jauh, tapi kata orang lama tetap “high risk high gain,” wkwkkw.

Decree and Destiny oleh BXKR

A : Sumpah! Masih dangkal kali ternyata pengetahuanku soal NFT. Haha. Aku tidak sedalam ini — memahami berbagai hal yang seharusnya — sangat harus dimengerti oleh Seniman NFT. Hmm, sangat menarik ya. Kenapa kita tidak membicarakan ini sedari dulu ya bang? Haha. Aku mewakili sudut pandang orang awam — kalau kita sendiri sebagai seniman/penjual — pastinya mencari keuntungan dari sini, mau tidak mau. Apapun itu bentuknya. Kita elakkan dulu unsur jual-belinya. Dari pernyataan abang tadi, apa sih kegunaan yang ditawarkan NFT? Pasti orang bertanya-tanya. Dia hanya sekedar gambar, yang secara logikanya dapat didownload begitu saja. Haha.

B : Sama! Ini abang juga terkejut dan ini masih yang serpihan-serpihan aja infonya, masih ada yang lebih gokil dari ini sih. Lagi-lagi kita melewatkan ini karena “tidak sabar” itu tadi. Kita kehilangan moment dan kehilangan konsistensi. Ketika kita mau mulai lagi, kita terkejut. sekarang jauh lebih susah dan kompetitif, wkwkkw. Iya, setuju. Pembeli dan penjual memang tujuannya mencari keuntungan, ujung-ujungnya lagi semuanya soal big data, tentang apa yang pasar mau, lalu investor dan pembuat menawarkan apa yang pasar butuhkan. Bahkan di Web3 sendiri, contohnya solana udah menawarkan dan udah menjual smartphone, wkwkwk. Di mana yang beli bisa dapat NFT dan juga airdrop khusus, wkwkkw. Sebenarnya tetap yang dicari di NFT dan Crypto ini adalah hype-nya. Kalau hype-nya bagus, pasti developer semangat menciptakan berbagai inovasi produk yang dipakai secara massal. Nah, ini tadi mengundang investor besar buat gabung dan partisipasi. Kalau dibahas sampai di mana untungnya buat investor, kayaknya ilmu abang nggak sampai buat membahas itu, jadinya malah bias nanti.

A : Aku kira bakalan lebih mudah untuk pemasarannya bang, karena tadi — seniman yang dulunya bermain NFT — sekarang meninggalkan dunia per-NFT-an ini. Namun, malah sebaliknya, persaingan semakin kuat. Nah, berarti sekarang seniman NFT berada di posisi di mana ia harus mengikuti keinginan pasar — terutama kolektor? Bagaimana dengan idealisme senimannya? Untuk airdrop tadi — sistem kerjanya bagaimana bang? Aku melihat, orang-orang yang berkecimpung di airdrop ini — banyak masuk ke dalam grup-grup telegram, mengcopy link-link yang ada di grup itu.

B : Ndak. Seniman-seniman konservatif malah banyak yang frustasi, wkwkkw. Yang jualannya dulu lancar, terus tiba-tiba drop. Banyak yang cabut dan nggak aktif lagi. Terus, yang kayak abang ini, yang dulunya sempat vacum terus comeback lagi, agaknya kesusahan buat nyari kolektor yang mau membeli. Tapi tujuan abang sendiri lagi bukan itu, NFT nggak bisa dijadikan sebagai aktif income tetapi pasif income aja sekalian menaikan personal branding. Nah, untuk idealisme seniman, balek lagi ke seniman masing-masing. Ada seniman konservatif, dalam arti konservatif ini (nggak pernah shill nggak terlalu fokus interaksi sama developer atau kolektor buat kerjasama) cuma fokus pada kualitas seninya saja, tapi dia konsisten untuk terus berkarya, yah tetap anteng-anteng aja, sebab NFT-nya terjual karena kolaborasi sama developer. Tapi, tetap mempertahankan artstyle-nya. Sebagian ikut maunya pasar dengan mengabaikan artstyle dan idealisme-nya supaya tetap menghasilkan. Ada banyak macam-macam tujuan sih di NFT, Kalau abang tetap ya karena gabut dan buat personal branding BXKR aja dan balek ke tujuan awal BXKR terjun ke NFT, supaya karyanya tersimpan di blockchain. Sesimple itu. Buat legacy anak cucu aja. Kalau menghasilkan dan jackpot, itu rezeki dan suratan takdir aja, wkwkwk. Hmm airdrop ya? Untuk airdrop ini kompleks juga, tapi kalau kayak abang pribadi, kemarin dapat airdrop ada yang langsung dikirim ke dompet sama developer-nya, wkkwkw. Ada juga airdrop yang kita mesti claim. Nah, untuk claim ini, kita harus eligible dulu yang kayak abang bilang tadi, intinya semua interaksi kita itu tercatat di blockchain, jadi developer menganggap kita user yang aktif, dari situ nanti diputuskan kita pantas atau nggak buat dapat airdrop-nya. Tapi ada juga airdrop yang kita mesti ngerjain task, terus ada airdrop yang kita harus coba, dan ngerjain testnet dan cari refferal. Jadi kayak affiliate juga.

A : Makin terkagum-kagum aku bang, haha. Iya, sangat betul! Aku sendiri juga mengalami frustasi itu, haha. Dan uang NFT nih — bagiku adalah uang-uang panas, haha. Memang NFT artist butuh penasehat spiritual pribadi keknya, haha. Berarti memang, NFT sendiri tidak bisa hanya sekedar dibuat dan dimint saja ya bg? Soalnya keberadaan karya kita di Blockhain itu tidak bakalan terhapus. Aku juga sangat kecewa ketika tren Ghozali beserta teman-temannya dulu. Iya, kita bisa menganggap itu seni, tapi nilainya hanya sekedar booming dan FOMO semata. Haha. Dari segi airdrop sendiri, aku melihat kebanyakan — bukan NFT artist yang rutin melakukan kegiatan itu.

B : Abang juga frustasi awalnya, tapi ya kembali ke diri masing-masing lagi zi. Intinya, di NFT ini kita juga butuh modal, jangan sampai habis-habis kali saldo di dompet dan kalau dapat airdrop jangan semuanya di WD, karena kita nggak tahu juga kedepannya gimana. Iya setuju, nggak bisa cuma dibuat sekedar dimint aja, kesempatan kita berinteraksi sama orang buat memperkenalkan karya kita jadi nanti orang tau siapa kita, kalau sudah mulai timbul trust dan profesionalisme, pasti suatu saat akan ada orang-orang yang mencari kita, kalau untuk Ghozali dan NFT artist serta NFT yang diboomingkan sama selebtwit atau selebgram. Satu pesan buat mereka “Pantek kepala kalian!!!” Wkwkwk, ini harus masuk ke dalam blog, karena FOMO dan digoreng terus-menerus beritanya yang buat pasar NFT jadi ikutan negatif dan jadi sempat hancur. Iya betul itu tadi, airdrop tadi bukan cuma buat artist saja, tapi buat semua yang punya interaksi dan transaksi di blockchain termasuk kolektor, developer, trader, investor, dan juga yang nabung asset di wallet juga termasuk yang dapat berkemungkinan besar dapat airdrop itu biasanya yang transaksinya banyak serta terbaca di blockchain.

A : Jadi memang sekarang ini NFT sudah berada di fase yang sehat? Struktur kerja dari NFT itu sudah nampak. Ya, layaknya galeri konvensional di dunia nyata. Aku menggarisbawahi interaksi itu, sangat setuju. Kesenian seharusnya demikian; seniman, karya, kurator, pembeli, penulis seni — harus berjalan beriringan. Sepertinya untuk airdrop ini, aku mau belajar lebih lanjut. Haha.

B : Iya, betul. Tapi, nggak semua NFT yang bagus, tetap ada juga NFT yang zonk. Oh iyaa, ada yang kelupaan, biasanya bagi seniman yang nggak fokus di penjualan terkadang tujuannya cuma biar bisa ikut pameran, sekarang banyak juga pameran NFT di dunia nyata. Tapi tentunya bukan di indonesia, wkwkwk. Sebenarnya garis besarnya bukan di seni nya, tapo di Web3 itu sendiri. Ya, induknya tentu crypto. Jadi, semua harus punya keyakinan yang positif di crypto, walau pada kenyataannya nggak semua orang mau berpartisipasi menjadi orang baik. Tetap ada orang jahatnya. Untuk di dunia Web3 ini selalu tetap pada prinsip DYOR; alias riset sendiri, baca sendiri, tanggung untung, dan resiko sendiri. Khusunya untuk orang indonesia dengan peringkat literasi yang rendah, harus mesti-mesti-mesti-mesti selektif, kalau nggak nanti gampang kena scam.Untuk airdrop ya gaskan saja, mumpung masih trend-nya airdrop, karena sekarang dah mulai-mulai nih nampak airdrop-airdrop yang zonk dan ngehe, wkwkwkw.

Over Ego oleh BXKR

A : Iya, seperti aku bakalan mencoba airdrop. Soalnya kalau untuk bikin karya, aku sudah nggak dapat rasanya, haha. Pertanyaan terakhir bang, sehubungan dengan pantek ni, haha. Momen apa yang paling pantek dalam perkembangan NFT Indonesia?

B : Waduh! Anggap saja Web3 ini seni jalanan digital, tempatnya kita bisa ngevandal lebih luas dan lebih ekstreme, wkwk. Nah, kalau momen terpantek ini ada dua sih, satu yang secara global, kalau secara global di pasar NFT itu seperti ada sindikat dan circle kelompok yang sengaja buat menaikan proyek atau NFT kelompoknya, jadi mereka saling koleksi-mengkoleksi karya masing-masing temannya. Tapi dia membuat sayembara (shill) secara umum untuk menaikan engangement-nya, wkwkwk. Atau kolektor ngehe yang cuma mau koleksi NFT dari seniman terkenal yang followers-nya juga banyak. Yang kedua buat perkembangan NFT indonesia, sekali lagi ultimate pantek buat Ghozali dan tukang pompomnya, termasuk artist-artist dan selebgram yang sok-sok-an terjun ikut-ikutan buat NFT dan ultimate pantek juga buat skena NFT akar rumput yang cuma merangkul circle-nya dan itu termasuk kita-kita. Karna budaya ga sehat tadi itulah makanya komunitas NFT sempat hancur-hancuran. FOMO, dari orang-orang awam yang punya followers banyak yang menyebabkan bubble di NFT pecah. Kesimpulan semuanya sih, di dunia ini semuanya beresiko, instrument investasi apapun dan semuanya punya siklus masing-masing. Pada akhirnya kita sendiri yang bisa mengambil keputusan mau apa kita dan di mana kita berada. Kita yang harus bijaksana dalam melangkah. NFT pun punya siklus, nggak selamanya dalam trend itu positif.

A : Haha, apa kabar circle islami kita itu ya? Gila! Terima kasih banyak bang, sudah menyempatkan waktunya. Salam buat Bxkr junior. Entar, sesekali ajak dia bombing bang. Hahaa.

****************************************************************************

--

--

No responses yet